Sabtu, 26 November 2016

Pengertian emulsi

EMULSI
(Emulsiones, Emulsa)

Pengertian
Menurut FI IV, Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetesan kecil. Tipe emulsi ada dua yaitu oil in water (O/W) atau minyak dalam air (M/A), dan water in oil (W/O) atau air dalam minyak (A/M). Emulsi dapat di stabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang di sebut EMULGATOR atau SURFAKTAN yang dapat mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah. Surfaktan menstabilkan emulsi dengan cara menempati antar-permukaan tetesan dan fase eksternal, dan dengan membuat batas fisik di sekeliling partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi proses emulsifikasi selama pencampuran.

Komponen emulsi

Komponen emulsi

Komponen emulsi dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu :
1. Komponen dasar, yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam emulsi, terdiri atas :
a. Fase dispers/ fase internal/ fase diskontinu/ fase terdispersi/ fase dalam, yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair lain.
b. Fase eksternal/ fase kontinu/ fase pendispersi/ fase luar, yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) emulsi tersebut.
c. Emulgator, adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.

2. Komponen tambahan, adalah bahan tambahan yang sering ditambahkan ke dalam emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya Corrigen Saporis, Odoris, Colouris, Pengawet, dan anti oksidan.

Tipe emulsi

Tipe emulsi

Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun eksternal, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :
1. Emulsi tipe O/W (oil in water) atau M/A (minyak dalam air).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air. Minyak sebagai fase internal dan air fase eksternal.

2. Emulsi tipe W/O (water in oil) atau A/M (air dalam minak).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam minyak. Air sebagai fase internal sedangkan fase minyak sebagai fase eksternal.

Tujuan pemakaian emulsi

Tujuan pemakaian emulsi

1. Dipergunakan sebagai obat dalam / peroal. Umumnya emulsi tipe O/W.

2. Dipergunakan sebagai obat luar. Bisa tipe O/W maupun W/O tergantung banyak faktor misalnya sifat zat atau jenis efek terapi yang dikehendaki.

Bahan emulgator

Bahan emulgator

• Emulgator alam
Yaitu Emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit. Dapat digolongkan menjadi tiga golongan :
1. Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan
a. Gom arab
Sangat baik untuk emulgator tipe O/W dan untuk obat minum. Kestabilan emulsi yang dibuat dengan gom arab berdasarkan 2 faktor yaitu :
– Kerja gom sebagai koloid pelindung
– Terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapan cukup kecil sedangkan masa mudah dituang (tiksotropi).
– Lemak-lemak padat : PGA sama banyak dengan lemak padat.
– Minyak atsiri : PGA sama banyak dengan minyak atsiri.
– Minyak lemak : PGA ½ kali berat minyak.
– Minyak lemak + minyak atsiri + Zat padat larut dalam minyak lemak.
– Bahan obat cair BJ tinggi seperti cloroform dan bromoform.
– Balsam-balsam.
– Oleum lecoris aseli
b. Tragacanth
c. Agar-agar
d. Chondrus
e. Emulgator lain
Pektin, metil selulosa, CMC 1-2 %.

2. Emulgator alam dari hewan
a. Kuning telur
b. Adeps lanae

3. Emulgator alam dari tanah mineral
a. Veegum / Magnesium Aluminium Silikat
b. Bentonit

• Emulgator buatan
1. Sabun
2. Tween 20; 40; 60; 80
3. Span 20; 40; 80

Teori pembentukan emulsi

Teori pembentukan emulsi

1. TEORI TEGANGAN PERMUKAAN (Surface tension)
Molekul memilki daya tarik menarik antara molekul yang sejenis yang disebut sebagai daya kohesi, selain itu mulekul juga memiliki daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis yang disebut daya kohesi
Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair akan tejadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Tegangan yang terjadi pada permukaan tersebut dinamakan dengan tegangan permukaan (surface tension)
Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan tegangan bidang batas dua cairan yang tidak dapat bercampur (immicible liquid). Tegangan yang terjadi antara 2 (dua) cairan tersebut dinamakan tegangan bidang batas (interfacial film).
Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang batas mengakibatkan antara kedua zat cair itu semakin susah untuk bercampur. Tegangan yang terjadi pada air akan bertambah dengan penambahan garam anorganik atau senyawa elektrolit, tetapi akan berkurang dengan penambahan senyawa organik tertentu antara lain sabun (sapo)
Teori ini dikatakan bahwa penambahan emulgator yang akan menurunkan tegangan yang terjadi pada bidang batas sehingga antara kedua zat cair tersebut akan mudah bercampur.
Semakin besar tegangan permukaan, semakin tinggi tegangan bidang batasnya, sehingga jika semakin tinggi tegangan bidang batasnya, maka semakin sulit untuk bercampur

2. TEORI ORIENTASI BENTUK BAJI (Oriented wedge)
Setiap molekul emulgator dibagi menjadi 2 (dua) kelompok:
a. Kelompok hidrofilik, yaitu dari emulgator yang suka pada air
b. Kelompok lipofilik, yaitu dari emulgator yang suka pada minyak
Semua jenis emulgator yang memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak sama. Harga keseimbangan dikenal dengan istilah hidrofil lipofil balance (HLB), Yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara kelompok lipofil dengan kelompok hidrofil

3. TEORI INTERPARSIAL FILM
Untuk memberikan stabilitas maksimum pada emulsi, syarat emulgator yang dipakai:
a. Dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak
b. Jumlah cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase dispers
c. Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua permukaan partikel dengan segera
Teori ini emulgator akan menyelubungi fase dispers
Mayoritas tipe emulsi yang dibentuk adalah o/w

4. TEORI ELECTRIC DOUBLE LAYER (Lapisan listrik rangkap)
Teori ini tanpa adanya emulgator
Jika minyak terdispers ke dalam permukaan air, lapisan air yang langsung berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan didepannya. Dengan demikian seolah-olah partikel minyak dilindungi oleh 2 benteng lapisan listrik yang saling berlawanan.
Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ke tiga cara di bawah ini,
a. Terjadinya ionisasi dari molekul pada permukaan partikel
b. Terjadinya absorbsi ion oleh partikel dari cairan disekitarnya
c. Terjadinya gesekan partikel dengan cairan disekitarnya

Cara pembuatan emulsi

Cara pembuatan emulsi

Emulsi dapat dibuat dengan beberapa cara, tergantung dari sifat komponen dan alat yang digunakan. Dalam skala kecil, sediaan emulsi dapat dibuat dengan tiga metode:

1. Metode gom kering atau metode kontinental
Dalam metode ini zat pengemulsi (biasanya gom arab dicampur dengan minyak terlebih dahulu kemudian ditambahkan air untuk pembentukkan corpus emulsi, baru diencerkan dengan sisa air yang tersedia

2. Metode gom basah atau metode Inggris
Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air (zat pengemulsi umunya larut) agar membentuk suatu mucilago, kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk membentuk emulsi, setelah itu baru diencerkan dengan sisa air

3. Metode botol atau metode botol forbes
Digunakan untuk minyak menguap dan zat-zat yang bersifat minyak dan mempunyai viskositas rendah (kurang kental). Serbuk gom dimasukkan ke dalam botol kering, kemudian ditambahkan 2 bagian air. Minyak dimasukkan botol kemudian campuran tersebut dikocok dengan kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil dikocok
Alat yang dipakai dalam pembuatan emulsi
1. Mortir dan stamper
2. Botol
3. Mixer dan blender
4. Homogeniser
5. Colloid mill

Cara membedakan tipe emulsi

Cara membedakan tipe emulsi
Ada beberapa cara membedakan tipe emulsi yaitu:
1. Pengenceran fase
Setiap emulsi dapat diencerkan dengan fase externalnya. Dengan prinsip tersebut, emulsi o/w dapat diencerkan dengan air sedangkan emulsi tipe w/o dapat diencerkan dengan minyak

2. Pengecatan/ pemberian warna
Zat warna yang digunakan akan tersebar merat dalam emulsi apabila zat tersebut larut dalam fase externalnya dari emulsi tersebut
Emulsi + larutan sudan III akan memberi warna merah pada emulsi tipe o/w, karena sudan III larut dalam minyak
Emulsi + larutan methilen blue dapat memberi warna biru pada emulsi tipe w/o karena larutan methilen blue larut dalam air
Semua dilakukan dengan alat bantu mikroskop

3. Kertas saring
Bila emulsi diencerkan dan diteteskan pada kertas saring, kertas saring menjadi basah maka tipe emulsio/w dan bila timbul noda minyak pada kertas saring maka tipe emulsi w/o

4. Konduktivitas listrik
Alat yang dipakai adalah kawat dan stop kontak, kawat dengan K1/2 watt lampu neon ¼ watt semua dihubungkan secara seri. Lampu neon akan menyala bila elektroda dicelupkan dalam cairan emulsi tipe o/w dan akan mati bila dicelupkan pada emulsi tipe w/o

Minggu, 13 November 2016

kestabilan emulsi

Kestabilan Emulsi
Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah ini :
1. Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, dimana yang satu mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversibel artinya bila dikocok perlahan-lahan akan terdispersi kembali.
2. Koalesen dan cracking (breaking) yaitu pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesen (menyatu). Sifatnya irreversibel (tidak bisa diperbaiki). Hal ini dapat terjadi karena:
    • Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan PH, penambahan CaO / CaCL2
    • Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan dan pengadukan.
3. Inversi yaitu peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi W/O menjadi O/W atau sebaliknya dan sifatnya irreversible.

 

Contoh resep emulsi

CONTOH RESEP
Resep standart
Fornas hal 13
R/ Oleum Ricini                       30
PGA                                   10
Sach. Alb                            15
Aqua ad                              250

Resep rancangan
R/ Oleum Ricini                      30
PGA                                  10
Sach. Alb                           15
Pengaroma jeruk                 10 gtt
Pewarna kuning                   qs
Aqua ad                              250
S.1.dd.1.c.o.n

Monografi :
a)      Oleum Ricini / Minyak Jarak (FI IV. Halaman 631)
Pemerian  : cairan kental, transparan, kuning pucat atau hampir tidak berwarna, bau lemah, bebas dari bau asing dan tengik; rasa khas.
Kelarutan : larut dalam etanol; dapat bercampur dengan etanol mutlak, dengan asam asetat glasial, dengan kloroform dan dengan air.
Khasiat     : laksativum / pencahar.
b)      Gom Arab / Acasia (FI IV. Halaman 718)
Pemerian  : serbuk, putih atau putih kekuningan; tidak berbau.
Kelarutan : larut hampir semua dalam air, tetapi sangat lambat, meninggalkan sisa bagian tanaman dalam jumlah sangat sedikit, dan memberikan cairan seperti mucilage, tidak berwarna / kekuningan, kental, lengket, transparan, bersifat asam lemah terhadap kertas lakmus biru, praktis tidak larut dalam eter dan etanol. Terdiri dari 40% PGA yang dilarutkan dalam 1,5 bagian air.
c)      Sacharum Album (FI III. Halaman 334)
Pemerian  : hablur tidak berwarna, serta warna putih, tidak berbau rasa manis.
Kelarutan : larut dalam 0,5 bagian air dan dalam 370 bagian etanol 95% P.
 
Perhitungan Bahan
a)      Oleum Ricini               = 30 / 250 x 30 = 3,6 gram
b)      PGA                           = 10 / 250 x 30 = 1,2 gram
Air untuk PGA                   = 1,2 x 1,5 = 1,8 mL
c)      Sach. Alb                    = 15 / 250 x 30 = 1,8 gram
d)     Pengaroma jeruk          = 10 / 250 x 30 = 1,2 tetes = 2 tetes

Alat dan bahan
Alat :                                                               Bahan :
Mortir dan stamper                                         Ol. Ricini
Timbangan dan anak timbangan                       PGA
Botol 50 mL                                                   Sach Alb
Etiket putih                                                     Aquadest


Cara pembuatan
1.      Disiapkan alat dan bahan, dikalibrasi botol 30 mL.
2.      Dibuat korpus emulsi dengan cara digerus 1,2 g PGA dalam mortir, ditambahkan 2,4 mL ol.ricini, diaduk sampai terbentuk korpus emulsi dan tidak ada tetes minyak di mortir.
3.      Ditambahkan sisa ol.ricini sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai dimortir tidak terlihat tetes minyak.
4.      Ditimbang sach alb 1,8 g diletakkan di cawan, ditambahkan aquades 1 mL air diaduk ad homogen, dimasukkan ke mortir no.3.
5.      Ditambahkan air sedikit demi sedikit ad encer, diaduk ad homogen.
6.      Ditambahkan pewarna secukupnya, diaduk ad homogen.
7.      Dimasukkan ke dalam botol, ditambahkan sisa aquades ad 30 mL + pengaroma jeruk 2 tetes, dikocok ad homogen.
8.      Botol diberi cup, diberi etiket putih dan tanda “kocok dahulu”.

Pembahasan :
Pada saat pembuatan emulsi ol.ricini dilakukan langkah – langkah sesuai dengan langkah - langkah yang ada di cara pembuatan di atas. Hasilnya sediaan yang dibuat tercampur secara homogen dan sesuai dengan yang diinginkan. Warna dan aroma sediaan yang dibuat juga sudah sesuai. Maka cara pembuatan yang dirancang  seperti di atas bisa digunakan untuk membuat emulsi ol.ricini yang baik.